Tuesday, June 19, 2012

Grow Up (Be Mature) = Childish

"Growing up is necessary, but being childish is a way to be free for once."

Itu menurutku. 
Alright, gimana menurut kalian?
Teenagers! It's you! It's US!
Well, I think, actually I had been thinking through these years.

I need to grow up.

Well, I have grew up, I'm 14 now, thank God.
I mean, physically. Doesn't mean I haven't realized it... I had.
But, I think my steps just started recently.
;P
To be honest, I'm raised by a good family.
Thank God. Orangtuaku... yeah, they're the best. Dan punya seorang adik cowok yang super... langka, that's a miracle. 
Aku punya keluarga besar yang hebat. Grandma, grandpa... I'm no doubt proud of them all.
Aku beryukur ya bisa hidup di duniaku. And, I think being thankful for everything is how I live. I don't have much time to describe how I'm being thankful to my God. Love youu God! :D

Well. Pernah kepikiran ngga, like, "Aku harus lebih dewasa."
or, "I can't live in my childhood memories anymore."
or, "Aku nggak boleh childish lagi ah. Dewasa dong!"
Yeah, I've been through that self-sayings and... ._.
Soalnya, hari gini ya, remaja-remaja alias ABG labil tuh harus udah mature. You know what? Being mature is suddenly become an obligation. Kita harus dewasa!

Soalnya, nggak mungkin kan mandi masih dimandiin ama nyokap, emak?
Nggak mungkin juga sekolah masih dianterin, belanja maunya dibeliin, and much more........
"Grow up!" Mungkin itu yang sering kita denger di film2 Barat bertemakan remaja... ;o

And I'm trying, right now, to grow up.
Yeah, I am now. .-. And you know what...?
It's a hard thing. =___="
Aku terbiasa hidup dalam kekanakan yang.... oh well.
Wanna secrets? Dulu, semasa SD, aku nggak ngerti apa itu "cinta" dan jatuh cinta. Yeaaaah!! It's weird huh???!!! *panicpanic*
Well, adakalanya aku menyesal yah. Kok bisa-bisa gue sepolos itu waktu SD.... ya ampun. -____-"

But after a looooong time break, I realize, it was easier that way. 
Aku belom mengenal what is love, so I got no pains and broken heart. Aku nggak pernah pacaran-NEVER-dan itu bagus. B) oh God I'm proud.
LOL.
Dulu aku tomboy tingkat mbahnya dewa. Tingkat S2 mungkin. =_=
Aku ngerumpi bareng cowok. Jadi, aku tumbuh tomboy, dan mungkin ada sedikit gen cowok in my body. 
._.

*silent*
Okay, itu bukti mungkin kenapa aku tergila-gila sama bola, film-film action dan semacamnya... dan mungkin kalian yang punya adik lelaki pasti ngerti. =_= 
Intinya adalah, I was the happiest kid in the world.
Well, and then I face teenagers.
Whew.
This is tough. 
Tapi menyenangkan kok... menjadi remaja itu kan kesempatan sekali seumur hidup.. makanya nikmatin aja. Jangan sampe pas udah keriput pada nyesel dan pengen balik ke masa remaja... That looks pathetic. 

Dan... grow up.
Kita memang butuh dewasa. Secara gitu ya, hidup itu jujur aja sangat susah dilaluin. Skenario Tuhan siapa yang tahu?
Dewasa itu perlu, menjadi dewasa itu perlu.... Yap.
Contoh kecilnya, bagaimana menghadapi sebuah masalah, and we gotta find a right way to solve it. Contoh kecilnya adalah, nggak pengecut dan hadapi masalah. 
Sebenernya banyak contoh-contoh grow up.
You just have to be sensitive to know it.
Growing up, dimana kita bisa move on in a great way.
;D

Pokoknya, everyone else need to grow up. It's a must do.
Tapi, you know what?
Sometimes, growing up looks crap.=__=
Growing up juga nggak gampang.
Boleh grow up--malah harus!--tapi jangan terlalu growing up. Harus tahu batas-batas dan ukurannya. 
Kalau udah terlalu dewasa ngelebihin batas usia kita misalnya, like I said, it's bad.
Dan sometimes, the only way to not get stressed out, is being childish.
Lol, I'm serious!

Kalau terlalu grow up, takutnya gimana ya?
Misalnya suka dandan... terus dandannya jadi kayak tante-tante. Apalagi jadi kayak banci taman lawang, segala menor kayak badut kecebur kali.
It's not you, right?
So, maksudku, yaa kalau mau grow up, ok, but just be yourself and not far away from the line.
Sejujurnya.... jadi kekanakan itu juga bisa buat aku comfortable.
Contoh kecilnya, makan es krim.

Haha, mungkin itu biasa aja, tapi makan es krim juga kekanakan yang bagus.
Terus, main. Main yang childish-childish, misalnya main air.
Perang bantal. 
Hahaha......... maybe it looks ridiculous, but it works. *_*

See? Childish sedikit juga membantu nggak stress. Jadi itu bagus juga loh....
Haha..
Kayaknya itu aja ya? Cuma mau share itu.... ;P
Hope it's useful! Remember, we need to grow up, but be childish to get it balance.
Haha! Sorry if I have different opinion with yours.
So, how about you? What do you think?

=-=-=-=-=-=-=-=

*Oh yeah, I'll continue the short story below soon. ;D Thanks!! 

Friday, May 18, 2012

Hi, I'm John Carter

"It was raining.
The cloud was somehow gliding through the deep grey sky, growling noisy.
The street much more quiet than before. Those faces started to look worry, or even laugh in a hurry walk, opened up their colorful umbrellas.
I was still there.
I didn't do something actually. I was only looking at the town when rain washed them up.
I saw those little wet creatures fell down all at once together.
Funny.
The next second, I was shaking behind my blue-sea raincoat.
My Momma might be waiting there at home.
I was sneaking out. Through my early years in this unfamiliar town, I was a bit conscious that I have to explore this new world.
Just for you know, I had a miserable childhood. My parents separated.
My lovely-bookworm brother dead. And my caring dog is gone.
So I laid my eyes when I saw an ice cream shop and I walked there alone.

There was a thunder.
It was the scary one. I threw myself to a damp-grey wall.
My heart raced harder, but I kept walking to the shop.
I arrived there, ordered a mint-strawberry ice cream on a cone.
A figure of a man approached me.
But...
I was slipping too far away. It wasn't a man.
It was a 7th year old boy.
His chubby white cheek looked even more red through that grey glares of cloud.
He was smiling.

He directly ran his tan skinned hands to grab an ice cream.
And he gave it to me, not more in one minute. He's talented.
I blinked, but I got my ice cream.
I smiled back, handed over my money.
But he was still there, stood still and said
"Hi, I'm John Carter. Can we be friends?"
That words.
That greeting.
I knew I wouldn't just silent and not answering. But I did.
Something held my voice, so I walked pass him.
I left him. My ice cream got wet cause of rain.
My nose furrowed. I hate those wet things.
So, I deliberately dropped my tasty ice cream.
I walked on it.
As I walked faster through the rain, getting closer to my warm house..
I was already realized that my thought would always be echoing that name.
Hi, I'm John Carter. Can we be friends?"


I stopped walking, squatted and ran my hands to my ears.
Closed it.
No, John. We can't be..."

-to be continued-


Wednesday, May 16, 2012

One Less Piece of Leaf...




"Aku seperti daun musim gugur. 
Beberapa bagiannya sudah koyak dan hancur,
kebanyakan karena luka dan torehan memori yang sulit kuenyahkan.
Namun, sisa-sisa semua itu masih melekat erat di ranting kurus yang lemah penuh kerutan pucat dan merintih capai. 
Helaiannya semakin kusut dan tak lagi bisa dibilang indah. 
Daun itu, masih bertahan, meski tak ada jawaban pasti dari sang peniup angin..
Apakah ia akan jatuh?
Atau ia akan terus melekat selamanya?
Hanya sebagian kecil daun itu.
Yang lainnya telah tumbang maupun melayang tenang dibawa angin.
Ya, entah apa yang harus dilakukan. 
Aku terus menunggu. Pasrah dalam dilema yang menyiksa.
Menunggu seseorang menarik bagian koyak daun itu dengan lembut...
Lalu memupuk pohon baru, dengan ranting kuat nan lebat penuh dedaunan indah.
Entah, berapa lama lagi...
Namun, sampai saat ini, aku masih menunggu. 
Dalam diam,
dan gaungan sedih kepiluan."

- Author
Written on: Android, Notes. 15/05/12