Thursday, March 15, 2012

Kepingan Hidup

Gadis itu tertawa setiap kali orang menyapanya.
Gaids itu tersenyum kala orang menjahilinya.
Ia sulit sekali membenci orang.
Mungkin memang karena sifatnya yang terlalu sensitif.

Gadis itu dewasa.
Ia masuk sekolah dasar.
Dibesarkan dengan segala kepolosan, ia tak pernah mengenal apa itu cinta.
Ya, yang dia pikirkan hanyalah bahagia dan senang.
Ia memang sangat bahagia.
Bagaimana tidak?

Keluarganya ada dan sangat lengkap.
Selalu ada disaat ia kesepian.
Hangat dan menaungi.
Mereka di sisinya ketika ia kesepian.

Gadis itu selalu menjalani harinya dengan riang.
Gadis itu nyaris tak pernah mengecap kepahitan hidup.
Dia hampir sempurna.
Ia dikenal banyak orang di sekolah.
Ia terkenal akan keceriaannya dan kebahagiaannya.

Gadis itu juga terus bersaing dengan seorang pemuda.
Mereka bersaing prestasi, tapi gadis itu tak pernah tahu bahwa sebuah perasaan tumbuh di hatinya...
Untuk pertama kalinya, gadis itu merasa aneh.
Apa ini?
Perasaan apa ini?
Jantung berdebar.
Perasaan malu yang bermakna berbeda.

Kepalanya dihinggapi bayang-bayang samar.
Bayang-bayang pemuda.
Nyatanya...
Hidup gadis itu berubah.
Sejak detik itu, ia tak lagi selalu memikirkan kesenangannya.
Ia seperti terpecah, dirinya yang dulu dan dirinya yang beranjak dewasa.

Waktu berjalan layaknya tetesan air di tembok.
Mengalir pelan namun pasti, terkadang terbelah namun menyatu kembali.
Tapi hidup gadis cantik nan polos itu seperti ditulis ulang secara berbeda.
Ia tak lagi sepolos dahulu.
Tak sering tertawa lagi.
Tak sering bahagia lagi.

Rasanya menyakitkan baginya, menghadapi ini semua.
Keluarganya pun mulai berubah.
Mereka tak ada lagi disana saat ia menangis.
Hangatnya mereka memudar menjadi kebekuan nelangsa.
Hanya kekuatan lemah yang terpercik dari gadis itu.

Gadis itu selalu membayangkan bagaimana ia dahulu.
Bahagia dan senang.
Ia menatap cermin.
Yang ada hanyalah gadis berbeda yang wajahnya tersaput mendung.

Siapakah dia?
Dimana gadis yang dulu?
yang selalu optimis dan ceria?
Yang selalu menghibur orang lain, bukan malah dihibur?
Tetes hujan menyentuh ujung hidungnya.
Gadis itu mendongak.
Ia menangis, melihat langit kelabu yang menangis perih.

Hidupnya memang berliku.
Ia masih terlalu rentan mengalami semuanya.
Gadis itu bangkit, menatap cakrawala yang kelabu.
Menembus celah-celah awan kapas.
Mencari mentari yang bersembunyi.

Ia tersenyum pedih.
Ia yakin, suatu saat hidupnya akan membaik.
Pasti.
Mata gadis itu terpejam.
Menikmati belaian lembut angin lembap...
Hidupnya masih penuh pertanyaan yang menggebu, dan gadis itu tahu ia harus memecahkannya.

Kelak, kepingan bagian hidupnya akan tersusun lagi.
Seperti dulu.


--Author
*inspired by true story

1 Thoughts About This Post...:

Best panini press said...


breville panini press reviews
cuisinart panini press reviews
panini press reviews
panini cafe reviews
sandwich maker reviews

Post a Comment

Responses to This Post