Sunday, April 15, 2012

Dream of My Death

~~~
Beberapa tahun ini aku seperti berjalan di dalam kabut. Kadang tersandung sesuatu yang nggak bisa aku lihat, kadang terjatuh karena sesuatu yang nggak kumengerti.

Aku mencari sesuatu yang aku sendiri nggak yakin bisa nemuin hal itu. 
Gimana bisa? 
Ya, karena itulah aku sering tersesat dalam persimpangan kehidupan!
Dalam labirin waktu.
Dalam dimensi usia.
Mungkin kedengarannya aneh untuk ukuran angan-angan,
tapi aku pernah minta sama Tuhan untuk menunjukkan sesuatu karena aku lagi hopeless-hopelessnya.

"Tuhan, would You show me the truth of my complicated life, in dreams while I'm sleeping?"
Mungkin agak aneh yah, karena minta ditunjukkin dalam mimpi. -__-"
Pokoknya, kurang lebih begitu doaku. 
Berminggu minggu...
berhari hari...
berjam-jam...

Aku udah mulai lupa doaku yang super aneh itu(sebenernya, aku selalu nganggep My God itu kayak temen di berbagai hal. Suka ngajak curhat yang aneh-aneh, suka minta yang aneh-aneh, pokoknya pasti melotot deh pemirsa kalo liat kebiasaanku yang super aneh.... -___________-*). 
Sampe akhirnya, dua hari lalu kurang lebih, aku tidur di malam Kamis.
Tidurku biasa aja, kadang tanpa mimpi bahkan kadang bangun2 udah pagi..
Tapi kali ini beda!

Aku mimpi.
Dan pas bangun, aku nyaris mau nangis.

Awalnya, aku nggak terlalu lihat mimpiku gimana--susah inget-inget mimpi secara jelas--pokoknya aku ada di rumah, bareng keluargaku. 
Terus ada entah apa, mungkin sms di layar hapeku, dan disana tertulis jelas banget, bahkan pas aku ada di dalam mimpi itu sendiri.
"Waktumu untuk hidup tinggal sehari lagi."

Nggak ada tanggal, nggak ada pengirim. Layar hapeku putih, dan tulisan itu hitam rapih tertulis di dalamnya.
Aku masih bertanya-tanya kenapa aku bisa sebegitu yakin kalo tulisan itu bener dalam mimpiku sendiri, aku yang di dalem mimpi itu panik dan ketakutan.

Dan percaya atau enggak, aku masih bisa ngerasain ketakutan dan kepanikan yang kurasain di dalam mimpi di dunia nyata. Alhasil, aku melihat diriku sendiri dalem mimpi nangis ketakutan, aku langsung ambil air wudhu dan shalat. Bayangin coba, waktuku cuma sehari!
Dan entah takdir atau memang mimpiku sebegitu seremnya, aku ngerasa banget jantungku berdetak makin lama makin pelan.
Maksudnya, seakan-akan jam dinding di rumahku itu juga menentukan detak jantungku.
Waktuku tinggal sehari.

Aku berusaha pergunain waktuku sebaik mungkin--aku beribadah berjam-jam, aku dzikir, aku berdoa sama God, bahkan anehnya keluargaku ikut cemas.
Terus lama kelamaan sehari pasti berganti menjadi malam menjelang besok.
Dan dalam mimpipun aku ngerti banget kalau,
besok aku bakal mati.

Tapi waktu juga nggak bisa berhenti.
Jadi tepat jam enam, aku mendapat tulisan lagi di hapeku, yang menandakan sudah waktunya.
Jantungku mulai memelan, dan tulisan itu kubaca pelan-pelan.
"Waktumu habis. Kamu akan segera mati."
Jantungku memelan, memelan...

||||
||||
||||
||||

Dan aku bangun.
BANGUN.
Pas bangun dari mimpi yang menurutku SEREM BANGET BANGET itu, aku megang dadaku. Jantungku masih berdetak.
Aku bernapas, aku berusaha menahan panik yang kurasain pas bangun tidur.

Pas itu aku ingat doaku untuk Dia.
Dan Dia mengabulkannya.
Sehari setelah mimpi aneh itu, bundaku nonton TV dan berita terdengar keras-keras, 
"Aceh diguncang gempa lagi. Semoga tidak terjadinya tsunami seperti dulu."

Nah, waktu itu aku lagi main laptop, langsung deg-degan.
Aku merasa tolol karena baru sadar satu hal.
Bahwa kematian itu deket banget.
Bahkan lebih deket dari urat leherku, dari apapun.
Bahwa hidup itu berharga, dan nggak pantes menjalaninya tanpa pegangan pasti.

Tuhan masih memberikan aku hidup, harusnya aku sadari itu!
Selama ini kayaknya aku terlalu berpaling dari-Nya.
Aku jadi suka nangis tiap dengar apapun tentang kematian.


"I should have been grateful for all I have already got in my life."
Ternyata Tuhan masih memberiku kejutan yang selalu membuatku terkejut.
Ternyata Tuhan masih setia mendengar curhatanku yang aneh-aneh.
Ternyata Tuhan masih ada di sana, memerhatikanku dengan saksama.
Aku semakin yakin sama Tuhan.
Aku semakin sayang dengan-Nya.
Dan aku semakin bersyukur masih diberikan kesempatan oleh Nya untuk tetap menjalani hidupku yang meskipun berliku, menanjak dan licin, tapi penuh kejutan dan hal-hal yang menyenangkan.




0 Thoughts About This Post...:

Post a Comment

Responses to This Post