Entah berapa lama lagi.
Sehari rasanya bagaikan seminggu.
Seminggu rasanya bagaikan sebulan.
Sebulan rasanya bagaikan setahun.
Setahun rasanya bagaikan seabad.
Entah berapa lama lagi.
Aku harus bersabar menunggu keadilan.
Entah berapa lama lagi.
Aku harus melawan masa-masa yang penuh kerinduan.
Masa-masa dimana aku terus mengingat kenanganku bersama mereka.
Yang melukai ulu hatiku dan menorehnya perlahan.
Apa yang kalian minta?
Apa yang kalian cari?
Apa yang kalian inginkan?
Aku sudah tidak tahan!
Rasanya seperti mengulum permen pahit.
Rasanya seperti menelan obat puyer.
Rasanya seperti mengendus bau sampah.
Sungguh... aku masih tak bisa mengerti kenapa kalian begitu.
Ingat di saat aku dan kalian masih bersama.
Saat aku masih mengenal kalian sebagai orang-orang yang kukagumi.
Melewati masa sedih dan senang bersama kalian.
Kalian selalu ada di saat aku perlu hiburan.
Tapi sekarang semuanya seperti hilang begitu saja terhapus waktu.
Aku tak lagi mengenal kalian.
Kalian sudah berbeda.
Kalian membuatku menangis menahan sakit tiap malam.
Kalian membuatku terkungkung dalam semua hal.
Kalian membuatku harus berjalan di atas jembatan yang licin, rentan terjatuh.
Kalian tak lagi menaungiku.
Kalian sudah hilang.
Kini yang kulihat cuma wajah-wajah baru.
Topeng kebencian dan air muka masam.
Aku kehilangan kalian.
Oh, Tuhan memang adil.
Kebahagiaan yang indah harus diselingi kesedihan menyiksa.
Ujilah aku Tuhan.
Terdiam aku di tengah jalanan beku dan dingin.
Menatapi topeng-topeng itu pergi.
Menghilang dalam gema.
Tenggelam dalam kabut.
Memudar dalam teriakan kerinduan.
Luka dan kehidupan.
Aku hidup di antara keduanya.
Aku kehilangan kalian...
Lebih dari apa yang harus kurindukan.
Lebih dari apa yang harus kudapatkan.
*someone
Inspired bu true story
Sehari rasanya bagaikan seminggu.
Seminggu rasanya bagaikan sebulan.
Sebulan rasanya bagaikan setahun.
Setahun rasanya bagaikan seabad.
Entah berapa lama lagi.
Aku harus bersabar menunggu keadilan.
Entah berapa lama lagi.
Aku harus melawan masa-masa yang penuh kerinduan.
Masa-masa dimana aku terus mengingat kenanganku bersama mereka.
Yang melukai ulu hatiku dan menorehnya perlahan.
Apa yang kalian minta?
Apa yang kalian cari?
Apa yang kalian inginkan?
Aku sudah tidak tahan!
Rasanya seperti mengulum permen pahit.
Rasanya seperti menelan obat puyer.
Rasanya seperti mengendus bau sampah.
Sungguh... aku masih tak bisa mengerti kenapa kalian begitu.
Ingat di saat aku dan kalian masih bersama.
Saat aku masih mengenal kalian sebagai orang-orang yang kukagumi.
Melewati masa sedih dan senang bersama kalian.
Kalian selalu ada di saat aku perlu hiburan.
Tapi sekarang semuanya seperti hilang begitu saja terhapus waktu.
Aku tak lagi mengenal kalian.
Kalian sudah berbeda.
Kalian membuatku menangis menahan sakit tiap malam.
Kalian membuatku terkungkung dalam semua hal.
Kalian membuatku harus berjalan di atas jembatan yang licin, rentan terjatuh.
Kalian tak lagi menaungiku.
Kalian sudah hilang.
Kini yang kulihat cuma wajah-wajah baru.
Topeng kebencian dan air muka masam.
Aku kehilangan kalian.
Oh, Tuhan memang adil.
Kebahagiaan yang indah harus diselingi kesedihan menyiksa.
Ujilah aku Tuhan.
Terdiam aku di tengah jalanan beku dan dingin.
Menatapi topeng-topeng itu pergi.
Menghilang dalam gema.
Tenggelam dalam kabut.
Memudar dalam teriakan kerinduan.
Luka dan kehidupan.
Aku hidup di antara keduanya.
Aku kehilangan kalian...
Lebih dari apa yang harus kurindukan.
Lebih dari apa yang harus kudapatkan.
*someone
Inspired bu true story
0 Thoughts About This Post...:
Post a Comment
Responses to This Post